Senin, 03 Februari 2014

Drama Lagi...



ILMU ADALAH PERJUANGAN

Disuatu pagi yang tenang….. Ups….. salah ada suara ibu yang sedang marah-marah sama anaknya. Diceritakanlah disuatu pagi yang gaduh seorang ibu membangunkan anaknya.
Ibu
:
“Dasar anak bodoh…….. jam segini belum bangun……. Fatimah!!! Fatimaaah!!!
Fatimah
:
“Iyach bu…”
Ibu
:
“ Iyach bu…… Iyach bu….. (sambil mendorong). Dari mana aja kamu?”
Fatimah
:
“Astagfirulloh, bu….. Fatimah minta maaf, tadi Fatimah baru selesai nimba air buat mandi ibu.”
Ibu
:
“Ah…… Alasan kamu!” (sambil menendang).
Fatimah
:
(Menangis)
Ibu
:
“Sekarang juga kamu kerja!!! Ibu lapar, cari uang sana!”
Fatimah
:
“Iyach bu…”
Ibu
:
“ Ach.. aku mandi dulu aja!”
Suasana gaduh yang tidak jauh berbeda juga terasa di sekolah.
Tit…tit….tit…….. (musik missed call)
Leni
Rani
Leni
Rani

Leni

Eva


Leni

Rani
:
:
:
:

:

:


:

:
“Aduuuuuh…. Missed call mulu nich orang, siapa sich???”
“Euleuh, euleuh… eta si Leni ku naon?”
“Adu cape dech…….. datang lagi manusia planet”
“Naon atuh ari manusia planet teh? Emang Neneng Rani anu geulis teh manusia planet kitu?”
“Ran, mendingan kamu diem aja, aku gak ngerti bahasa planet misterius kaya kamu.”
“Len, ehm…… si………. Aduh siapa yach namanya? Lupa lagi? Aduuh… siapa yach? O, iya……. Imah…… iyach si imah udah datang belum ya?”
“Aduh datang lagi nich cupu 1.
Ga tau… aku belum ke kelas”
“Ya sudah atuh, hayu urang ka kelas…….!”
Beberapa menit kemudian datanglah Fatimah.
Fatimah
Leni, Rani, Eva
Leni
Fatimah
Eva
Fatimah

Rani
Fatimah
Leni
Fatimah
Leni
Fatimah
Leni
Fatimah

Leni
Fatimah
Leni
Fatimah
:
:
::::::::::
:
:


:
:
:
:
“Selamat pagi semuanya!!” (Sambil bawa jualannya)
“Pagi Juga!”
“Imah….. jualan apa hari ini?”
“Iyach Len, ini ada Chiki, permen”
“Oh iya Imah, kalo pesenan aku ada gak?”
“O… jelas ada donk, ini pesenan kamu permen kaki.” (sambil dikasiin)
“Imah…… upami pesenan abi mana?”
“O… iyach punya Rani ini…”
“Semuanya, berapa mah?”
“Semuanya?????????” (Masih menghitung)
“Ini uangnya!” ( Leni memberikan selembar uang Rp. 20.000,-)
“Aduh Len, gak ada kembaliannya?”
“Udah ambil aja!”
“Ya ampun Len, yang kemaren aja kamu udah ngasih, sekarang kamu ngasih lagi, ntar uang kamu habis?”
“Udahlah Imah…. Alhamdulilah aku masih punya rejeki.”
“Aku malu Len sama kamu”
“Udah gak usah malu….. kaya sama siapa aja”
“Makasih yach…. Len, Va, Ran, kalian memang sahabatku yang baik…..” (sambil berpelukan)
Ditengah keharuan itu datanglah Ibu Kepala Sekolah dengan suara bersinnya yang mengemparkan dunia.
Ibu Kep. Sek



Fatimah
Ibu Kep. Sek
Fatimah
Ibu Kep. Sek


Fatimah

Ibu Kep. Sek
Fatimah
Ibu Kep. Sek


Leni, Rani, Eva
Fatimah
Eva
Fatimah
Rani
Fatimah
Leni
Fatimah

Leni

Rani

Eva
Ibu

Leni, Rani, Eva
Ibu
Fatimah
Ibu
Fatimah
Ibu
Leni, Rani, Eva
Ibu Kep. Sek
Leni
Ibu Kep. Sek
Ibu
Ibu Kep. Sek


Ibu

Ibu Kep. Sek





Ibu
Ibu Kep. Sek



:



:
:
:
:


:

:
:
:


:
:
:
:
:
:
:
:

:

:

:
:

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:


:

:





:
:


“(Bersin-bersin)….. Imah….. Fat….. Imah……. Fatmaaaahhh.. mah..mah…mah…, udah berapa kali Ibu ngasih teguran.. ran… ran… ran.. tapi kamu tetep aja membandel.. del… del… del…
Sudah berapa lama kamu belum bayar uang SPP?”
“2 bulan Bu.”
“Hacich… apa 2 bulan? Kenapa kamu gak bayar?”
“Saya belum punya uang Bu..”
“Achhh… hacich…. Saya gak mau denger alas an demi alas an yang kamu buat!”

“Wallohi Bu… saya tidak pernah berbohong… karena sekolah inilah yang mendidik saya untuk menjadi orang sukses akal maupun hati…”
“Kau anak kecil banyak cingcou”
“Maaf Bu… bukan cingcou tapi cingcong.”
“Ya sudahlah itu.
Kalo kamu gak bayar tunggakanya kamu akan di scor “
(sambil keluar)
“Kenapa mah?”
“Gak…. Gak kenapa napa”
“Fatimah ayo jujur aja?”
“Beneran, gak ada apa-apa kok!”
“Fatimah teh disuruh bayar SPP yach?”
“Iyach…..” (dengan nada yang lembut)"
“Ini kami punya uang sedikit, ambilah! Jangan sungkan.”
“Makasih (sambil menangis), Mungkin tanpa kalian aku sudah dikeluarkan”
“Gak semudah itu mah mengeluarkan siswa apalagi kamu anak teladan.”
“Iyach atuh mah…….. Neneng Rani anu geulis ini teh bangga bersahabat sama kamu teh.”
“Apalagi Eva……… Eva iri sama kecerdasan kamu”
“Fatimah……. Sejak kapan kamu sekolah? Bukannya kamu ibu suruh kerja berjualan Koran? Malah keluyuran gak jelas?”
“Waaaah.. mak lampir!!!”
“Heh.. kalian kecil-kecil gak sopan sekali sama Ibu!”
“Sudah Bu……. Malu diliat orang.”
“Makanya sekarang kamu kerja cari uang! Ibu belum makan!!!”
“Tapi Bu…. Imah mau belajar dulu”
“Ach… cepetan sana” (Sambil diseret)
(berusaha menolong)
“Ada pa ini?” (Bersin-bersin)
“Ini Bu… mak lampir ini mau bawa Fatimah secara paksa!”
“Fat Imah… mau dibawa kemana?”
“Ibu ini siapa? Dia itu anak saya”
“Tapi dia itu murid saya!
Mari kita sama-sama pecahkan masalah ini di ruang saya!!!
(dibawa keruangan Kepala Sekolah)”
“Anak saya ini musti kerja Bu,
Saya belum makan dari tadi”
“Jadi Fat Imah ini tulang punggung keluarga?
Apa ibu gak malu sebagai orang tua membebankan anak anda untuk bekerja, sedangkan anda hanya bermalas-malasan.
Apa ibu juga merasakan perkerjaan apa saja yang telah dilakoni oleh Fat Imah untuk membiayai hidupnya dan keluarga? Imah ini adalah anak yang teladan.”
“Imah…….. maafkan ibu nak (sambil Dipeluk) selama ini ibu khilap”
“Fat Imah Ibu Juga minta maaf selama ini Ibu telah Khilap
Memandang siswa dengan sebelah mata, padahal perjuangan kamu harus ibu acungkan jempol, kamu adalah kebangggan sekolah ini.”


SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar