ILMU ADALAH PERJUANGAN
Disuatu pagi
yang tenang….. Ups….. salah ada suara ibu yang sedang marah-marah sama anaknya.
Diceritakanlah disuatu pagi yang gaduh seorang ibu membangunkan anaknya.
Ibu
|
:
|
“Dasar anak
bodoh…….. jam segini belum bangun……. Fatimah!!! Fatimaaah!!!
|
Fatimah
|
:
|
“Iyach bu…”
|
Ibu
|
:
|
“ Iyach bu…… Iyach bu….. (sambil
mendorong). Dari mana aja kamu?”
|
Fatimah
|
:
|
“Astagfirulloh, bu….. Fatimah
minta maaf, tadi Fatimah baru selesai nimba air buat mandi ibu.”
|
Ibu
|
:
|
“Ah…… Alasan kamu!” (sambil
menendang).
|
Fatimah
|
:
|
(Menangis)
|
Ibu
|
:
|
“Sekarang juga kamu kerja!!! Ibu
lapar, cari uang sana!”
|
Fatimah
|
:
|
“Iyach bu…”
|
Ibu
|
:
|
“ Ach.. aku mandi dulu aja!”
|
Suasana gaduh yang tidak jauh
berbeda juga terasa di sekolah.
|
||
Tit…tit….tit…….. (musik missed
call)
|
||
Leni
Rani
Leni
Rani
Leni
Eva
Leni
Rani
|
:
:
:
:
:
:
:
:
|
“Aduuuuuh…. Missed call mulu nich
orang, siapa sich???”
“Euleuh, euleuh… eta si Leni ku
naon?”
“Adu cape dech…….. datang lagi
manusia planet”
“Naon atuh ari manusia planet
teh? Emang Neneng Rani anu geulis teh manusia planet kitu?”
“Ran, mendingan kamu diem aja,
aku gak ngerti bahasa planet misterius kaya kamu.”
“Len, ehm…… si………. Aduh siapa
yach namanya? Lupa lagi? Aduuh… siapa yach? O, iya……. Imah…… iyach si imah
udah datang belum ya?”
“Aduh datang lagi nich cupu 1.
Ga tau… aku belum ke kelas”
“Ya sudah atuh, hayu urang ka
kelas…….!”
|
Beberapa menit kemudian datanglah
Fatimah.
|
||
Fatimah
Leni, Rani, Eva
Leni
Fatimah
Eva
Fatimah
Rani
Fatimah
Leni
Fatimah
Leni
Fatimah
Leni
Fatimah
Leni
Fatimah
Leni
Fatimah
|
:
:
::::::::::
:
:
:
:
:
:
|
“Selamat pagi semuanya!!” (Sambil
bawa jualannya)
“Pagi Juga!”
“Imah….. jualan apa hari ini?”
“Iyach Len, ini ada Chiki,
permen”
“Oh iya Imah, kalo pesenan aku
ada gak?”
“O… jelas ada donk, ini pesenan
kamu permen kaki.” (sambil dikasiin)
“Imah…… upami pesenan abi mana?”
“O… iyach punya Rani ini…”
“Semuanya, berapa mah?”
“Semuanya?????????” (Masih
menghitung)
“Ini uangnya!” ( Leni memberikan
selembar uang Rp. 20.000,-)
“Aduh Len, gak ada kembaliannya?”
“Udah ambil aja!”
“Ya ampun Len, yang kemaren aja
kamu udah ngasih, sekarang kamu ngasih lagi, ntar uang kamu habis?”
“Udahlah Imah…. Alhamdulilah aku
masih punya rejeki.”
“Aku malu Len sama kamu”
“Udah gak usah malu….. kaya sama
siapa aja”
“Makasih yach…. Len, Va, Ran, kalian
memang sahabatku yang baik…..” (sambil berpelukan)
|
Ditengah keharuan itu datanglah
Ibu Kepala Sekolah dengan suara bersinnya yang mengemparkan dunia.
|
||
Ibu Kep. Sek
Fatimah
Ibu Kep. Sek
Fatimah
Ibu Kep. Sek
Fatimah
Ibu Kep. Sek
Fatimah
Ibu Kep. Sek
Leni, Rani, Eva
Fatimah
Eva
Fatimah
Rani
Fatimah
Leni
Fatimah
Leni
Rani
Eva
Ibu
Leni, Rani, Eva
Ibu
Fatimah
Ibu
Fatimah
Ibu
Leni, Rani, Eva
Ibu Kep. Sek
Leni
Ibu Kep. Sek
Ibu
Ibu Kep. Sek
Ibu
Ibu Kep. Sek
Ibu
Ibu Kep. Sek
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
“(Bersin-bersin)….. Imah…..
Fat….. Imah……. Fatmaaaahhh.. mah..mah…mah…, udah berapa kali Ibu ngasih
teguran.. ran… ran… ran.. tapi kamu tetep aja membandel.. del… del… del…
Sudah berapa lama kamu belum
bayar uang SPP?”
“2 bulan Bu.”
“Hacich… apa 2 bulan? Kenapa kamu
gak bayar?”
“Saya belum punya uang Bu..”
“Achhh… hacich…. Saya gak mau
denger alas an demi alas an yang kamu buat!”
“Wallohi Bu… saya tidak pernah
berbohong… karena sekolah inilah yang mendidik saya untuk menjadi orang
sukses akal maupun hati…”
“Kau anak kecil banyak cingcou”
“Maaf Bu… bukan cingcou tapi
cingcong.”
“Ya sudahlah itu.
Kalo kamu gak bayar tunggakanya
kamu akan di scor “
(sambil keluar)
“Kenapa mah?”
“Gak…. Gak kenapa napa”
“Fatimah ayo jujur aja?”
“Beneran, gak ada apa-apa kok!”
“Fatimah teh disuruh bayar SPP
yach?”
“Iyach…..” (dengan nada yang
lembut)"
“Ini kami punya uang sedikit,
ambilah! Jangan sungkan.”
“Makasih (sambil menangis), Mungkin
tanpa kalian aku sudah dikeluarkan”
“Gak semudah itu mah mengeluarkan
siswa apalagi kamu anak teladan.”
“Iyach atuh mah…….. Neneng Rani
anu geulis ini teh bangga bersahabat sama kamu teh.”
“Apalagi Eva……… Eva iri sama
kecerdasan kamu”
“Fatimah……. Sejak kapan kamu
sekolah? Bukannya kamu ibu suruh kerja berjualan Koran? Malah keluyuran gak
jelas?”
“Waaaah.. mak lampir!!!”
“Heh.. kalian kecil-kecil gak
sopan sekali sama Ibu!”
“Sudah Bu……. Malu diliat orang.”
“Makanya sekarang kamu kerja cari
uang! Ibu belum makan!!!”
“Tapi Bu…. Imah mau belajar dulu”
“Ach… cepetan sana” (Sambil
diseret)
(berusaha menolong)
“Ada pa ini?” (Bersin-bersin)
“Ini Bu… mak lampir ini mau bawa
Fatimah secara paksa!”
“Fat Imah… mau dibawa kemana?”
“Ibu ini siapa? Dia itu anak saya”
“Tapi dia itu murid saya!
Mari kita sama-sama pecahkan
masalah ini di ruang saya!!!
(dibawa keruangan Kepala Sekolah)”
“Anak saya ini musti kerja Bu,
Saya belum makan dari tadi”
“Jadi Fat Imah ini tulang
punggung keluarga?
Apa ibu gak malu sebagai orang
tua membebankan anak anda untuk bekerja, sedangkan anda hanya
bermalas-malasan.
Apa ibu juga merasakan perkerjaan
apa saja yang telah dilakoni oleh Fat Imah untuk membiayai hidupnya dan
keluarga? Imah ini adalah anak yang teladan.”
“Imah…….. maafkan ibu nak (sambil
Dipeluk) selama ini ibu khilap”
“Fat Imah Ibu Juga minta maaf
selama ini Ibu telah Khilap
Memandang siswa dengan sebelah
mata, padahal perjuangan kamu harus ibu acungkan jempol, kamu adalah
kebangggan sekolah ini.”
|
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar